Berbagi Tentang Informasi

Game Center yang Aneh

Malam itu, aku, Mama, Bapak dan kedua adikku akan berbelanja bersama di sebuah Supermarket. Saat itu, Ira melihat Game Center di sebelah Supermarket.
“Bapaak… Bapaak… Nanti kita main disana, ya” Pinta Ira sambil menunjuk-nunjuk Game Center itu.
“Iya, Ira. Kita belanja dulu, ya” Jawab Bapak sambil memarkirkan mobil.
“Nanti kita belanja susu cokelat, anggur, ikan, bla bla bla…” Komentar Ira cerewet. Begitulah Ira, adikku yang cerewet, jahil, dan yang paling aktif dari kedua saudaranya yang cukup kalem.
Setelah berbelanja, kami pun berjalan menuju Game Center. Betapa terkejutnya aku melihat keadaan Game Center itu. Game Center yang sudah ada sejak aku berusia tiga tahun itu terlihat kusam, dan banyak dari permainannya yang rusak.
Bapakku pun membeli empat keping koin. Kemudian, beliau memberiku dua koin, sementara kedua adikku mendapat dua koin. Ira dan Alia pun memakai koin itu untuk menaiki kereta mainan. Sementara aku? Hm…
“Yang mana, ya?” Tanyaku berbisik
Akhirnya, aku memilih permainan Slam a ball. Cara bermainnya gampang, lho. Pertama, kita harus memasukkan koin ke dalam slot. Lalu, kita menekan tombol yang ada. Saat kita menekan tombol, maka secara otomatis akan ada bola yang terjatuh dari sebuah perosotan. Bola akan jatuh, lalu memasuki lubang-lubang yang terdapat angka-angka. Misalnya, bola kita memasuki lubang yang berangka 3, maka tiket yang kita peroleh adalah 3 lembar.
Aku mulai memasukkan koin ke dalam slot. Aku sangat terkejut. Rupanya, koin yang harus dimasukkan ke dalam slot adalah dua buah, padahal, kan umumnya cuma satu. APAAA?! Batinku hampir berteriak. Rasanya, tubuhku melemas. Lemas seperti spagetti yang baru direbus. Ya sudahlah, aku tetap main. Siapa tahu bisa mendapat tiket yang banyak, batinku.
Aku pun memasukkan koin ke dalam slot. Lalu, mulai menekan tombol berwarna biru. Syuut… bola pun terjatuh. Bola terus, dan terus memantul seperti terkena hipnotis. Aku melihat bola itu dengan serius. Bola terus memantul, dan… memasuki lubang nomor tiga.
Aku menganga. Tiga buah tiket keluar dari lubang tiket. Aku mengambil ketiga tiket itu dengan perasaan kecewa. Setelah itu, aku berjalan menghampiri Ira dan Alia, sambil berharap ketiga lembar tiket itu menjadi tiket menuju Paris, Perancis.
“Dapat berapa tiket, kak?” Tanya Ira.
“Tiga,” Jawabku lemas. Lalu, Alia merengek-rengek ingin menaiki carrosel mini. Kalian tahu carrosel, kan? Yup, carrosel adalah sejenis odong-odong yang dapat berputar mengelilingi porosnya. Oke, back to the story…
Karena koin Alia dan Ira juga habis, maka Bapakku membeli dua koin. Sambil menunggu adik-adikku selesai bermain, aku menyandarkan diri di sebuah mobil-mobilan. Saat adikku selesai main…
“Tilililiit… tilililiit…,” Wah, mobil-mobilannya bergerak! Aneh sekali. Hanya dengan angin, benda yang senang ‘berjoget’ ini bisa bergerak. Dengan segera, Bapakku yang menggendong Alia segera menaruh Alia di dalamnya.
Aku yang melihat hal aneh itu merasa tersihir! Aku langsung berlari kecil menuju mamaku. Mamaku menunggui kami berempat di samping sebuah permainan memukul. Bukan sembarangan memukul, lho. Jadi, di permainan itu, kita harus memukul sebuah tombol besar dengan pemukul besar. Saat kita memukul, lampu akan menyala sesuai kekuatan kita. Kalau lemah, lampu yang menyala hanya satu. Kalau sangat kuat, berarti lampu yang menyala adalah empat.
“Ma, tadi, mobil-mobilan itu bisa bergerak, lho. Padahal, aku kan nggak masukin koin ke slot. Mama lihat, kan?” Tanyaku.
“Iya, mama lihat kok, tadi,” Ujar mamaku. Aku hanya mengangguk-angguk. Lalu, aku memukul-mukul tombol besar tadi dengan tanganku. Tiba-tiba…
Syuut…!
“Lho, bunyi apa tadi itu, Ma?” Tanyaku heran. Lampu-lampu permainan memukul menyala dua kali, lalu berhenti. Rupanya, dengan pukulan tangan pun, mesin permainan ini bisa menyala. Sama seperti mobil-mobilan itu. Keren sekali!
“Elsa apain tadi?” Tanya Mamaku heran, dan merasa ingin marah. Aku hanya menggaruk-garukkan kepala tanda bingung dan sama sekali tidak tahu.
“Kalau gitu, mama pukul saja,” Ucapku sambil memberikan pemukul kepada mama untuk memukulkannya ke tombol. Mamaku pun langsung memukul. Sriiing…, ada dua lampu yang menyala. Mamaku mendapat tiga buah tiket!
“Wah, mama hebat banget!” Seruku takjub.
Hm… berarti, tiga ditambah tiga sama dengan enam. Lalu, aku memamerkan keenam tiket itu kepada Bapak. Bapakku sangat senang. Agar bisa mendapat tiket lagi, aku harus melakukan sesuatu dengan permainan memukul ini, gunamku. Lalu, aku langsung menendang, mendorong, dan mengangkat permainan memukul itu. Tiba-tiba…
Syuut…
“Wah, bisaaa!” Sahutku senang. Bapakku pun langsung memukul tombol. Sriiing…, ada dua lampu yang menyala. Bapakku mendapat tiga tiket. Berarti, sembilan tiket totalnya! Yess…
Aku pun memalingkan pandangan. Di lantai, di dekat permainan memukul, aku menemukan tiga tiket lagi. Entah siapa yang memilikinya. Akhirnya, aku pun mengambilnya saja. Totalnya, dua belas tiket. Horee…
Aku dan Ira pun menuju konter penukaran hadiah. Aku mencari poin yang paling sedikit. Tetapi, poin paling sedikit yang tersedia hanyalah sepuluh poin, yang hadiahnya adalah sebuah snack. Gubruaak!!! Rasanya, diriku ditusuk-tusuk jarum suntik yang tak terhingga jumlahnya.
Akhirnya, aku menukar sepuluh tiket tadi dengan sebuah snack. Snack itu pun juga bukan untukku, tetapi untuk Ira. Sisanya tinggal dua tiket, nih. Mau diapakan, nih? Akhirnya, aku pun meninggalkannya di bawah mainan mobil-mobilan tadi.
Beberapa hari kemudian, kami sekeluarga akan berbelanja lagi.
“Jangan di tempat yang dulu itu, ya, Ma,” Bujukku sembari memohon kepada mamaku.
Akhirnya, kami sudah tidak pernah bermain disana lagi. Aku menghela napas lega. Kata mamaku, harga susu untuk adikku sangat mahal. Mamaku juga berkata kalau beliau menemukan supermarket yang barang-barangnya lebih murah. Disana juga ada game centernya. Hadiahnya juga lebih banyak dan berpoin kecil. Hufft… alhamdulillah!

Cerpen Karangan: Salsabila Amanda Dewi (Elsa)
Blog: http://coretanelsa.blogspot.com
Assalamu’alaikum. Nama saya Salsabila Amanda Dewi, biasanya dipanggil Elsa, Amanda, Salsa, atau Ecchan. Saya masih kelas VI SD di sebuah sekolah swasta di Denpasar. Meski masih muda, saya sudah menerbitkan buku kumcer KKPK Surat Misterius. Wassalamu’alaikum

0 Response to "Game Center yang Aneh"

Posting Komentar