“HOAM…” Jasmine menguap lebar-lebar. Suara ketukan dari mamanya masih
bersenandung di pintunya. Bukan! Bukan tentang keindahan kata, tapi
bener-bener seperti senandung! Ketukannya itu gini nih “tok.. Tok tok
tok… Tok tok.. Jasmine.. Bangun nak.. Jasmine.. Tok.. Tok.. Tok tok..”
Tuh kan bener-bener mirip senandung. “I..” “JASMINE!!! BANGUN..!!! KITA
MAU CENGBENG-AN!”
Astaganaga, jantungku mau copot.. Aduh. Copot beneran.
Di Kuburan
Setelah keluarga papaku dan mamaku berkumpul, kami mendoakan opa, oma, oma punya mama dan opa punya mama. Setelah selesai doa, kami berkumpul membuat satu lingkaran dan bercanda ria. Karena tidak ada anak kecil, aku hanya melamun. Aku tidak ngerti apa yang mereka bicarakan.
Tiba-tiba.. “MEONG!!!”
Ah, suara kucing. Kucing itu masih kecil. Matanya bulat. Bulunya hitam legam. Aku mencoba mengejarnya untuk mengelusnya. Aku melewati kuburan orang-orang china lainnya. Banyak yang menggunakan bahasa khe, china dan lain-lain. Tiba-tiba suara itu sudah tidak ada, aku menaiki bukit! Aku memutuskan untuk ke bawah lagi, namun kucing hitam itu menampakkan wajah imutnya. Ah! Aku ingin mengelusnya, sekali.. Saja. Bahkan aku mau memeliharanya! Kurasa sudah lama aku berlari. Krik.. Krik.. Itu bunyi jangkrik. Lho, kok ada jangkrik? Hah! Kucing itu menghilang!! Tunggu, INI DIMANA!!!? Ini kan, di hutan! Hutan.. Di atas bukit!
Tiba-tiba muncul tawa menyeramkan. “Hihihihihihi…”
Aku langsung berlari tak tentu arah. Tapi, semua tenaga sudah kuperas demi mengejar kucing itu. Arghh… Tiba-tiba bunyi daun terinjak terdengar. Di samping kananku.. Ada… Ada… POCONG!!! POCONG dengan belatung di mukanya!!! Kulitnya sangat hitam dan bau busuk menyeruak. Samar-samar terdengar lantunan sinden..
Lingsir wengi
Sliranmu tumeking sirno
Ojo Tangi nggonmu guling
awas jo ngetoro
aku lagi bang wingo wingo
jin setan kang tak utusi
jin setan kang tak utusi
dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet
Apa itu? Lagu apa itu?
“HIHIHIHIHIHI…” Tawa itu lagi! Ya Tuhan… Lindungilah hamba-Mu dari bahaya ini…
Tiba-tiba ada sesuatu yang memegang pundakku, aaarghhh!!! Sepotong tangan!!! Hanya sampai bahu!!! Tolong aku!!! Aku tidak dapat berkata-kata, suaraku seperti tercekat di tenggorokanku. Dan tiba-tiba pocong itu sudah tiba di mukaku. Hanya sebatas 2 cm, pocong itu sampai di mukaku. Aaaah…
—
Aku terbangun di depan 2 makam orang yang tak kukenal. Kuambil HPku, langsung kutelpon mamaku.
“Ma”
“Siapa ini? Ini kamu … Jasmine?!”
“Iya, Ma.”
“Puji Tuhan! Kamu dimana Jasmine!” Suara mama seperti sedang menangis terharu. Ada apa ini?
“Di kuburan kemaren.”
“Mama akan jemput kamu sekarang juga! Tunggu disana, nak..”
Tut.. Tut.. Tut.. Tut.. Tut..
Aku bingung.. Bingung sekali. Kutatap kedua makam itu. Rasanya aku pernah melihatnya, batinku. OO IYA! Waktu mengejar kucing, aku tak sengaja menginjak kedua makam ini.. Apa mungkin.. Itu hantu pocong dan kuntilanak itu? Aku beranjak dari makam itu. Lalu aku menemui penggali dan pembersih kuburan. Tak lama kuberbincang dan bertanya-tanya mengapa aku disini, mama datang. Mama dengan menangis sesegukan memelukku diikuti oleh papaku.
“Ma. Pa. Sebenernya ada apa sih?” Tanyaku.
Mamaku menghapus air matanya dan berkata, “kamu hilang 1 bulan, nak. Memang kalau masuk ke hutan itu akan tersesat, untung hanya 1 bulan.. Ada yang sampai 3 tahun hilangnya lho.”
Aku pun bercerita tentang bagaimana aku sampai ke bukit, dan aku menginjak 2 makam. Mama dan papaku pun mengajakku untuk meminta maaf pada kedua suami istri itu.
Sejak saat itu aku tidak pernah pergi ke makam itu.
The end
Cerpen Karangan: Rama Adhitya Setiadi
Hai!
Namaku Rama.
Bagaimana niih cerpennya bagus ato enggaaa?!
Comment plis
TENG YOU udh baca
See you :*
Astaganaga, jantungku mau copot.. Aduh. Copot beneran.
Di Kuburan
Setelah keluarga papaku dan mamaku berkumpul, kami mendoakan opa, oma, oma punya mama dan opa punya mama. Setelah selesai doa, kami berkumpul membuat satu lingkaran dan bercanda ria. Karena tidak ada anak kecil, aku hanya melamun. Aku tidak ngerti apa yang mereka bicarakan.
Tiba-tiba.. “MEONG!!!”
Ah, suara kucing. Kucing itu masih kecil. Matanya bulat. Bulunya hitam legam. Aku mencoba mengejarnya untuk mengelusnya. Aku melewati kuburan orang-orang china lainnya. Banyak yang menggunakan bahasa khe, china dan lain-lain. Tiba-tiba suara itu sudah tidak ada, aku menaiki bukit! Aku memutuskan untuk ke bawah lagi, namun kucing hitam itu menampakkan wajah imutnya. Ah! Aku ingin mengelusnya, sekali.. Saja. Bahkan aku mau memeliharanya! Kurasa sudah lama aku berlari. Krik.. Krik.. Itu bunyi jangkrik. Lho, kok ada jangkrik? Hah! Kucing itu menghilang!! Tunggu, INI DIMANA!!!? Ini kan, di hutan! Hutan.. Di atas bukit!
Tiba-tiba muncul tawa menyeramkan. “Hihihihihihi…”
Aku langsung berlari tak tentu arah. Tapi, semua tenaga sudah kuperas demi mengejar kucing itu. Arghh… Tiba-tiba bunyi daun terinjak terdengar. Di samping kananku.. Ada… Ada… POCONG!!! POCONG dengan belatung di mukanya!!! Kulitnya sangat hitam dan bau busuk menyeruak. Samar-samar terdengar lantunan sinden..
Lingsir wengi
Sliranmu tumeking sirno
Ojo Tangi nggonmu guling
awas jo ngetoro
aku lagi bang wingo wingo
jin setan kang tak utusi
jin setan kang tak utusi
dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet
Apa itu? Lagu apa itu?
“HIHIHIHIHIHI…” Tawa itu lagi! Ya Tuhan… Lindungilah hamba-Mu dari bahaya ini…
Tiba-tiba ada sesuatu yang memegang pundakku, aaarghhh!!! Sepotong tangan!!! Hanya sampai bahu!!! Tolong aku!!! Aku tidak dapat berkata-kata, suaraku seperti tercekat di tenggorokanku. Dan tiba-tiba pocong itu sudah tiba di mukaku. Hanya sebatas 2 cm, pocong itu sampai di mukaku. Aaaah…
—
Aku terbangun di depan 2 makam orang yang tak kukenal. Kuambil HPku, langsung kutelpon mamaku.
“Ma”
“Siapa ini? Ini kamu … Jasmine?!”
“Iya, Ma.”
“Puji Tuhan! Kamu dimana Jasmine!” Suara mama seperti sedang menangis terharu. Ada apa ini?
“Di kuburan kemaren.”
“Mama akan jemput kamu sekarang juga! Tunggu disana, nak..”
Tut.. Tut.. Tut.. Tut.. Tut..
Aku bingung.. Bingung sekali. Kutatap kedua makam itu. Rasanya aku pernah melihatnya, batinku. OO IYA! Waktu mengejar kucing, aku tak sengaja menginjak kedua makam ini.. Apa mungkin.. Itu hantu pocong dan kuntilanak itu? Aku beranjak dari makam itu. Lalu aku menemui penggali dan pembersih kuburan. Tak lama kuberbincang dan bertanya-tanya mengapa aku disini, mama datang. Mama dengan menangis sesegukan memelukku diikuti oleh papaku.
“Ma. Pa. Sebenernya ada apa sih?” Tanyaku.
Mamaku menghapus air matanya dan berkata, “kamu hilang 1 bulan, nak. Memang kalau masuk ke hutan itu akan tersesat, untung hanya 1 bulan.. Ada yang sampai 3 tahun hilangnya lho.”
Aku pun bercerita tentang bagaimana aku sampai ke bukit, dan aku menginjak 2 makam. Mama dan papaku pun mengajakku untuk meminta maaf pada kedua suami istri itu.
Sejak saat itu aku tidak pernah pergi ke makam itu.
The end
Cerpen Karangan: Rama Adhitya Setiadi
Hai!
Namaku Rama.
Bagaimana niih cerpennya bagus ato enggaaa?!
Comment plis
TENG YOU udh baca
See you :*

0 Response to "In The Graveyard"
Posting Komentar